Tak ada yang benar-benar berubah. Hanya saja, dia sudah lebih mengerti kalau emosi bukan penyelesai masalah. Sabar. Kelas 9 waktu itu. Kita beda kelas, beda gedung pula. Masalah akhir tahunnya sangat sulit. Berantem dengan wanita spesialnya (Ibu). Menyayangi seseorang yang mencampakannya. Lalu, sahabatnya diam-diam ingin merebut. Gak punya tim, sendiri disana. Benar-benar jenuh katanya. Ingin cepat-cepat lulus. Mungkin selain air matanya. Rosa pun menjadi saksi tahun itu. 2 minggu saling diam, gengsi. Ada salah paham waktu itu. Redanya saat Rosa memberikan kejutan di 14 tahunnya. Menangis dia. Terharu katanya. Bangga? Iya, sama diri sendiri. hehe. Akhirnya Rosa berhasil meluluhkan hati Puput. Mungkin memang Rosa tidak benar-benar ada di waktu sulitnya. Kata Rosa, dia minta maaf. Dimaafin ga?
Put, jangan nangis lagi ya. Semuanya udah lewat kok. Jangan pernah benar-benar takut kalau malam ini bakal kesepian. Jangan sedih. Jangan ngebatin. Nanti Rosa keliatan tambah lebih gendut. Jangan ngelakuin kesalahan kedua kalinya lagi. Jangan takut nyebrang. Jangan takut berbicara. Jangan bacanya sambil senyum-senyum juga. Pipinya jangan merah. Jangan. Jangan. Jangan. Rindu mantan berat-berat. Nanti ga akan kuat lagi. Hehe.
No comments:
Post a Comment